post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

Senin, 26 Mei 2014

1 Week : Chapter 2

Best Friend Never End

Arfian mengambil luggagenya dan berjalan keluar ke bandara. Sementara tanpa disadarinya di depan pintu keluar sebelahnya berdiri Clara yang menunggu Shelly. Mereka berdua sama sekali tidak sadar siapa orang yang berdiri di sebelahnya.

Ada seorang anak kecil yang menjatuhkan mainannya di jalan. Clara yang melihatnya, reflek pergi untuk mengambil dan mengembalikan mainan itu. Saat Clara pergi, Arfian baru sadar bahwa seseorang yang di sebelahnya terasa tak asing bagi dia. Saat dia berusaha memanggil dan mengejar orang itu, kekecewaanlah yang harus dia terima. Ternyata bukan orang itu yang dia cari. Arfian hanya meminta maaf pada orang itu karena salah mengenali orang.

Di tengah kekecewaanya itu, tiba-tiba Handphonenya berdering. Fitrilah yang menelponnya. Dia menanyakan Arfian ada dimana, kenapa dia tidak melihatnya. Arfian menyuruh Fitri menunggu disana, dia akan segera datang.

Begitu melihat Arfian, Fitri langsung menggandeng tangannya. Dan mengatakan kalau Ia sangat merindukan kakaknya. Ayah dan ibunya menunggu mereka di rumah dan tak sabar untuk segera bertemu dengan kakaknya Lalu mereka berjalan pergi meninggalkan  bandara.

Sebenarnya Arfian gak salah mengenali orang. Hanya saja orang yang dikejarnya umur, model rambut dan baju yang dipakai sekilas mirip apa yang dikenakan Clara di bandara. Tak jauh dari tempat Arfian berdiri,  Ibu dari anak yang menjatuhkan mainannya mengucapkan terima kasih pada Clara karena telah mengembalikan mainan anaknya. Dan pada saat Handphone Arfian berdering dan dia mengangkatnya, Clara mengenal suara itu. Suara orang yang sangat berjalan pergi meninggalkannya. Tapi, Clara menepis pikiran itu, pikiran bahwa orang itu adalah Arfian. Clara merasa lelah dan capek karena berulang-ulang kali dia salah mengenali orang. Dan dia tidak ingin merasa kecewa lagi.

FLASHBACK

Clara dan ibunya sedang berbelanja di butik. Mereka berniat untuk membeli baju. Saat itu dia melihat sesosok cowok mirip Arfian. Dia tak melihat wajahnya, yang dia lihat hanya punggungnya saja. Cowok itu sedang membayar baju yang dibelinya. Setelah membayar baju yang dibelinya, cowok itu pergi. Tak ingin kehilangan  jejaknya, Clara mengejar cowok itu tapi dia sama sekali tak bisa mengejar cowok itu.

Clara menemani Raditya ke pesta pernikahan temannya. Dalam pesta pernikahan itu diharuskan memakai pakaian putih karena tema yang diambil dari sang mempelai adalah white wedding party. Clara menyukai tema itu, Ia mengatakan pada Raditya supaya nanti jika mereka menikah mereka menggunakan konsep seperti itu. Raditya hanya tersenyum dan mengizakan. Clara merasa haus dan meninggalkan Raditya ngobrol dengan temannya. Saat mengambil minum, lagi-lagi dia melihat sosok Arfian. Tapi saat dia mencari sosok itu, Arfian sama sekali tidak ada. Raditya yang bingung karena Clara pergi terlalu lama mencarinya.  Raditya bingung melihat Clara. Lalu dia bertanya apa yang terjadi. Clara hanya menjawab, Aku rasa tadi Aku melihat orang yang aku kenal tapi ternyata Aku salah orang. Saat Raditya bertanya siapa orang itu , Clara hanya menjawab dia adalah temanku saat SMA.

Hari ini Raditya gak bisa menjemput Clara karena ada meeting di kantor. Sementara mobil Clara masih berada di bengkel. Clara hendak pulang dengan naik taksi tapi sayang  taksi tak kunjung datang. Karena sudah terlalu sore akhirnya dia naik bus dan berdesak-desakan dengan banyak orang. Saat berdesak-desakan itu tanpa sengaja dia melihat Arfian. Kali ini benar-benar Arfian, Clara terpaku menatap wajah itu. Tapi Arfian tidak menyadari kehadiran Clara. Clara memanggil-manggil Arfian, tapi karena ramainya orang Arfian tidak mendengar suara panggilan Clara. Tiba-tiba bus berhenti. Dan Arfian turun dari bus. Clara juga ingin turun, tapi sayang bus telah melaju lagi. Clara berusaha menghentikan bus itu agar bisa bertemu dengan Arfian. Dia berteriak pada sang supir agar bus berhenti. Buspun berhenti. Clara langsung turun dan berlari ke tempat dimana Arfian turun. Tapi saat sampai disana, sosok Arfian lagi-lagi tidak ada. Dia hanya bisa menangis karena lagi- lagi dia tak bisa bertemu dengan Arfian.

Clara pergi ke perpustakaan kota. Saat dia sedang melihat-lihat buku, dia seolah-olah mendengar suara Arfian yang sedang mengobrol dengan seorang perempuan. Dia menelusuri semua koridor dan rak buku, tapi orang yang dia cari tidak ketemu. Kekecewaanlah yang dia terima. Mungkin semua ini terjadi karena dia terlalu berharap bisa bertemu Arfian lagi. Sehingga suara dan wajahnya menjadi ada dimana-mana.

FLASHBACK END

Suara seseorang membuyarkan lamunannya. Shelly memanggilnya. Clara merasa sangat bahagia sekali bisa melihat wajah sahabat yang sangat dirindukannya. Tak lupa Ia menyapa Nanda dan mengenalkan diri  sebagai sahabat Shelly. Clara mengatakan terakhir kali melihat Nanda adalah pada saat Nanda berumur 2tahun. Nanda pasti gak ingat karena waktu itu dia masih sangat kecil, Nanda tersenyum melihat Clara dan mengatakan kalau mamanya sudah cerita banyak tentang tante. Tante adalah teman mama yang menemani mama di waktu tersulit. Jika sudah besar Nanda ingin menjadi seperti Clara. Dan tiba-tiba terdengar bunyi suara perut yang keroncongan. Dengan polosnya Nanda mengatakan bahwa itu suara perutnya yang merasa lapar. Clara dan Shelly hanya tersenyum.

***

Clara, Shelly, dan Nanda ada di sebuah restoran. Clara menanyakan gimana kabar Shelly. Mengapa sejak 1tahun yang lalu tidak pernah memberi kabar padanya. Taukah dia, kalau Clara sangat menghwatirkan dia. Shelly meminta maaf, dia terlalu sibuk dengan pekerjaanya ditambah dia juga harus merawat Nanda seorang diri. Dan tak lupa, Shelly mengucapkan selamat pada Clara yang sebentar lagi akan menikah.

Ini adalah pertemuan pertama mereka sejak 5tahun yang lalu. Sebenarnya 1tahun yang lalu Shelly dan Nanda pulang di Indonesia. Hal ini dikarenakan ayah Shelly meninggal karena serangan jantung. Waktu itu Clara gak bisa datang dan bertemu dengan Shelly karena dia sedang ada di Singapura untuk urusan bisnis. Clara mengatakan  bahwa tunangannya Raditya datang, apakah Shelly sempat bertemu dengannya di pemakaman. Shelly mengatakan tidak karena dia terlalu berduka saat itu, lagian dia juga belum pernah bertemu dengan calon suami Clara. Saat mengatakan semua itu, tergambar sebuah raut kesedihan di wajahnya. Mungkin Shelly jadi teringat tentang ayahnya yang sudah meninggal.

Mereka berdua mengenang seperti apa dulu pertemuan pertama mereka. Dari mereka yang dulunya tidak saling mengenal sampai menjadi sahabat yang sangat dekat seperti ini.

FLASHBACK

Waktu itu mereka berdua masih menjadi mahasiswa baru. Shelly yang cantik dan pandai bergaul langsung menjadi primadona kampus dan sorotan cowok-cowok di kampus mereka, dari itu kakak kelas sampai cowok-cook seangkatan mereka. Banyak sekali cewek-cewek yang di buat iri sama Shelly. Hal itu berbanding terbalik dengan Clara. Walaupun Clara cantik, tapi dia adalah tipe gadis pendiam dan tidak pandai bergaul.

Shelly dan gank-ganknya suka nongkrong di café dan tempat-tempat keren. Sementara Clara dia suka sekali menghabiskan waktunya di perpustakaan. Awal perkenalan mereka adalah saat mereka mendapat tugas kelompok bersama. Waktu itu, Shelly menyuruh Clara mengerjakan tugas itu sendiri. Saat mereka berdua mengerjakan tugas, Clara sibuk mencari materi dan membuka buku. Namun, Shelly hanya sibuk berdandan dan merawat kukunya. Saat Clara menanyakan sesuatu tentang tugas mereka atau sekedar minta pendapat, jawaban Shelly simple terserah kamu saja, kamu kan pintar dan lebih tau jadi aku percaya sama kamu.

Saat mereka janjian mengerjakan tugas , Shelly sering sekali tidak datang. Jika datang itupun sering terlambat. Dan itu benar-benar membuat Clara kesal karena menunggu terlalu lama. Dan yang lebih menjengkelkan adalah alasan keterlambatan dan ketidak datangan Shelly. Entah itu karena sibuk shopping, pergi ke salon, hangout bareng teman-teman atau kencan dengan pacarnya.

Clara yang kesabarannya sudah habis menghadapi kelakuan Shelly, akhirnya memilih untuk tidak mencantumkan nama Shelly di tugas kelompok mereka. Hal itu mengakibatkan, Shelly mendapat nilai E. Shelly yang merasa benci dan sebal banget sama Clara, menyuruh teman-temannya untuk ngerjain Clara habis-habisan.

Penderitaan Clara di kampuspun di mulai. Shelly gak main-main dengan ucapanya. Ia memulai aksi balas dendamnya terhadap Clara. Mereka seolah-olah menjadikan Clara sebagai mainan mereka. Dari mengunci Clara di toilet, membuat malu dia di depan anak-anak, membuat dia dituduh mencuri di kelas. Dan sampai akhirnya gak ada anak-anak yang mau dekat dengan dia. Tapi Clara adalah gadis yang tegar dan kuat. Dia mampu menghadapi semuanya dengan sabar karena dia yakin Allah gak akan ngasih cobaan jika dia tak mampu menghadapinya. Dan Ia juga gak ingin balas dendam atas semua perbuatan Shelly padanya. Karena pasti Allah yang akan membalas semua perbuatannya kepadanya. Ia hanya berdoa semoga Shelly cepat sadar atas semua perbuatan yang dilakukan kepadanya.

Saat Clara di toilet dia melihat Shelly sedang muntah-muntah. Dia mengira kalau Shelly sedang sakit. Saat Clara mencoba membantu Shelly, bukannya mengucapkan terima kasih Shelly malah marah-marah. Clara hanya bisa bersabar dan mengelus-elus dada.

Tak berapa lama kemudian di kampus terdengar kabar bahwa Shelly hamil. Clara tak sengaja mendengarnya saat beberapa cewek membicarakan tentang Shelly. Mereka bergosip kalau Shelly hamil dan telah menggugurkan kandungannya di rumah sakit pamannya.

“Lo tau gak kalau Shelly hamil?”Tanya cewek 1

“Shelly yang cantik dan popular itu, masa? Lo kata siapa? Jangan asal ngomong kalau berita itu bohong lo bisa dibunuh hidup-hidup ma dia?” sahut cewek 2

“Gue gak bohong, gue denger dari paman gue. Ceritanya kemarin gue ke rumah sakit buat nemuin paman gue. Terus gue lihat dia keluar dari ruangan paman gue. Gue iseng-iseng nanya aja ma paman gue, om siapa sech dia? Paman gue yang gak tau kalau gue 1 kampus ma dia mengatakan kalau cewek itu hamil dan berniat aborsi”. Papar cewek 1

“Gila ya tu cewek, benar-benar gak nyangka gue. Udah berbuat dosa, eh malah mau berbuat dosa lagi dengan ngebunuh janin yang gak bersalah” sahut cewek 3

“Ya mau gimana lagi orang pacarnya gak mau tanggung jawab” kata cewek 1

“La emang siapa sech bapak dari anak yang dikandung Shelly?” Tanya cewek 3

“Gue gak tau, lo tau sendiri Shelly itu berulang kali gonta-ganti pacar. Hari ini jalan ma si A besoknya lagi udah jalan ma si B” jawab cewek 2

“Kabarnya sech cowoknya gak mau tanggung jawab dan ngakui kalau bayi itu adalah anaknya” kata cewek 1

“Kasihan banget sech dia”

Setelah mendengar kabar tersebut Clara  menjadi merasa bersalah. Mungkin ini balasan Allah pada Shelly yang selalu mengerjainya. Apalagi saat Ia melihat Shelly muntah-muntah di toilet pada waktu itu. Jelas sudah meyakinkan bahwa Shelly benar-benar hamil. Ia berdoa jika Shelly benar-benar hami, Shelly tidak melakukan aborsi.

Clara pergi ke toilet. Disana saat dia membuka pintu dia menemukan shelly yang berlumuran darah dalam keadaan pingsan. Sepertinya dia berusaha bunuh diri dengan memotong pergelangan tangannya. Kontan saja Clara langsung berteriak dan meminta pertolongan. Shelly langsung dilarikan ke rumah sakit untuk menyelamatkan nyawanya. Tak lupa Clara menemani Shelly pergi ke rumah sakit.

Saat Shelly sudah sadar, Clara mengatakan untung saja dia menemukan Clara di waktu yang pas. Jika terlambat sedikit saja dokter mengatakan Shelly bisa kehilangan nyawanya. Bukannya mengucapkan terima kasih tapi Shelly malah memarahinya. Mengapa Clara harus menolongnya? Padahal dia sudah sering jahat banget sama Clara. Apakah Clara tidak ingat semua perlakuan buruk yang dilakukan olehnya? Seharusnya Clara membiarkan saja dia mati. Dia gak sanggup menanggung rasa malu ini. Tapi dia juga gak sanggup membunuh anak dalam kandungannya. Dia sudah berbuat dosa dan tidak ingin menambah dosanya dengan membunuh bayi yang tidak bersalah. Dia ingin mempertahankan bayinya tapi ayah dari bayinya malah menyuruh untuk menggugurkan kandungannya. 

Shelly berkata Ia terlalu mencintai ayah dari bayi yang dikandungnya.  Namun ternyata cowok ini juga sama seperti cowok lainnya. Semua sudah diberikan Shelly kepadanya, termasuk kehormatannya. Tapi dia tidak mau bertanggung jawab. Bahkan mengakui anak ini sebagai anaknyapun tidak. Dia malah menuduh Shelly telah tidur dengan cowok lain karena dia dekat dengan banyak cowok. Dan mungkin sebenarnya ayah kandung dari bayinya adalah satu dari sekian cowok yang dekat dengannya. Yang lebih menyakitkan lagi adalah tuduhan cowok itu yang menganggap bahwa Shelly berusaha menjebaknya dalam sebuah hubungan pernikahan. Shelly meneteskan air matanya saat bercerita mengenai ayah dari bayi yang dikandungnya.  

Ketika kedua orang tuanya mengetahui bahwa dia hamil, mereka sangat marah. Mereka merasa malu karena mempunyai anak seperti dirinya. Dan saat dia mengungkapkan ingin mempertahankan bayi dalam kandungannya, orang tuanya langsung tidak setuju. Mereka juga ingin agar Ia menggugurkan kandungannya. Kalau tidak mereka tidak ingin mengakuinya lagi sebagai anaknya. Ia stress karena tekanan dari orang tuanya, makanya Ia ingin mati saja.

Clara berusaha menghibur Shelly. Dia menasehati bahwa apa yang dilakukan Shelly itu benar dengan tetap mempertahankan bayi yang dikandungnya dan tidak melakukan aborsi. Tapi niat untuk bunuh diri itu salah. Apa dengan kematiannya dia pikir masalah akan selesai. Jawabannya adalah tidak, justru dengan kematian Clara malah akan muncul masalah baru. Anggap semua ini sebuah cobaan dan Clara yakin bahwa Shelly pasti bisa menghadapi semua ini.

Setelah mendengar kabar bahwa Shelly masuk rumah sakit, orang tuanya langsung datang ke rumah sakit. Mereka mengucapkan terima kasih kepada Clara karena telah menyelamatkan anak mereka. Ibu Shelly langsung menangis  melihat keadaan anaknya, Ia tak lupa bersyukur karena Shelly masih hidup. Ayah Shelly mengaku salah, Selama ini Shelly adalah anak yang begitu dia banggakan dan sayangi. Tentu dia memberikan apa saja yang diinginkan oleh putrinya. Saat mengetahui anak kesayangannya hamil di luar nikah, tentu saja dia merasa kecewa dan malu.

Shelly masih muda dan masa depannya masih panjang. Jika dia melahirkan anaknya tanpa menikah, apakah Shelly pikir membesarkan seorang anak seorang diri adalah hal yang mudah. Itu sama sekali tidak mudah. Dan apa kata orang-orang nanti tentang dirinya dan anaknya. Apakah Shelly tak merasa malu? Iya mungkin Shelly mampu menghadapinya, tapi apakah anak Shelly nantinya juga akan setegar Shelly menghadapinya. Pikirkanlah ini baik-baik. Mumpung masih belum terlambat, jika Shelly ingin menggugurkannya.

Ayah Shelly tetap ngotot bahwa Shelly harus tetap menggugurkan kandungannya. Dia tidak ingin merasa malu karena anaknya hamil di luar nikah. Jika anaknya tidak mau menggugurkan kandungannya, dia ingin tau siapa ayah dari bayi yang dikandungnya. Dia akan membuat cowok itu bertanggung jawab atas semua perbuatannya. Dia akan membuat cowok itu menikahi anaknya. Tapi Shelly yang sudah terlanjur sakit hati pada kekasihnya mengatakan bahwa dia sama sekali gak tau siapa ayah dari bayi yang dikandungnya. Kontan saja hal itu membuat ayah Shelly bertambah marah dan menampar putrinya. Tapi belum sempat ayahnya menampar Shelly, tangan ibu Shelly mencegahnya.

Sambil menangis ibu Shelly mengatakan bahwa dia yang salah. Dia yang terlalu memanjakan Shelly sehingga dia menjadi seperti ini. Jika ada yang harus disalahkan seharusnya dialah orangnya. Jika ayahnya ingin menampar putrinya, maka tamparlah dia sebelum sang ayah menampar putrinya.

Karena perkataan istrinya, ayah Shelly tidak jadi menamparnya. Ia mengaku kalah, jika memang Shelly ingin melahirkan anaknya, pergilah ke Amerika. Tinggallah disana bersama tantenya. Ayahnya yang akan mengurus semua dokumen dan keperluan yang diperlukan untuk kepindahannya kesana. Shelly mengucapkan terima kasih pada ayahnya karena mengijinkannya melahirkan anaknya. Ia menangis dan sang ibu memeluknya. Clara yang melihatnyapun ikut menangis dan tersentuh.

Sebelum keberangkatan ke Amerika Shelly menjadi sangat dekat dengan Clara. Banyak waktu yang dihabiskan oleh mereka berdua. Banyak gunjingan-gunjingan yang dilontarkan anak-anak pada Shelly namun Clara menguatkannya dan menghiburnya. Bahkan saat Shelly ngidam ingin makan buah kurma, Clara rela mencarikan buah kurma untuknya. Padahal ini bukan musim buah kurma. Clara mendatangi semua mal yang ada di kota untuk mencari buah kurma. Saat mendapatkannya Shelly tersenyum senang karena apa yang ingin dimakannya akhirnya kesampain.

Tak terasa sudah beberapa bulan berlalu dan usia kandungan Shelly semakin besar. Shelly merasa sedih karena harus segera berangkat ke Amerika. Serta Ia merasa sangat kehilangan karena berpisah dengan Clara. Dan hari keberangkatan Shelly ke Amerika pun tiba. Clara mengantar Shelly ke bandara. Sebelum berpisah mereka berpelukan, dan berjanji akan tetap saling berhubungan.

Setelah sampai di Amerika bukan kedua orang tuanya yang diberitau terlebih dahulu, tapi Shelly malah menelpon Clara. Walaupun jauh mereka masih tetap menepati janji mereka. Shelly dan Clara selalu bertukar kabar. Tentang Shelly yang melahirkan putri yang cantik dan sehat, tentang kedekatan mereka dengan cowok, tentang mereka yang berusaha untuk cepat lulus kuliah dan mendapatkan pekerjaan.
 
Clara memberitau Shelly kalau liburan semester ini dia akan ke New York, Amerika. Tentu saja hal itu membuat Shelly senang. Di bandara Shelly menjemput Clara. Shelly mengajak Clara berkeliling dan mengunjungi banyak tempat. Mereka makan dan mengunjungi semua tempat yang diceritakan Shelly melalui e-mail. Mereka berdua terlihat bahagia dan itulah pertemuan terakhir mereka.

FLASHBACK END

Clara mengantar Shelly dan Nanda pulang ke rumahnya. Di rumahnya kedatangan Shelly dan putrinya disambut baik oleh ibunya. Ibunya langsung menanyakan gimana kabar Shelly dan anaknya. Dan terjadilah perbincangan antara ibu dan anak yang ingin melepas kerinduan. Clara yang merasa tidak enak karena akan  mengganggu kebersamaan mereka, meminta undur diri. Tapi Ibu Shelly menyuruh Clara untuk makan malam bersama mereka. Clara meminta maaf, karena dia gak bisa bergabung bersama mereka. Dia harus ke bengkel untuk mengambil mobilnya yang sudah selesai di perbaiki. Terlihat raut wajah sedih di muka Shelly memandang kepergian Clara dari rumahnya. Mungkin dia kecewa karena Clara tidak bisa ikut makan malam bersama mereka.

***

Fitri mengajak Arfian makan dulu sebelum pulang ke rumah mereka. Dia merasa lapar karena sedari tadi dia menunggu Arfian di bandara. Arfian yang baik hati mengiyakan saja permintaan adiknya, walaupun sebenarnya dia pengen cepat pulang dan beristirahat.

Hal buruk tiba-tiba terjadi, mobil mereka mogok dalam perjalanan. Sehingga mau tak mau mereka harus mencari bengkel terdekat untuk memperbaiki mobil mereka. Beruntung tidak jauh dari sana ada sebuah bengkel. Sambil menunggu mobil diperbaiki, Arfian menyuruh Fitri untuk makan dulu. Karena Ia tak mau dimarahi ibunya gara-gara membuat adiknya kelaparan karena menunggunya. 

Fitri mau makan asalkan kakaknya juga mau menemaninya, soalnya dia tidak suka makan sendiri. Bukannya kakaknya tau kebiasaannya. Mereka makan di sebuah warung makan di dekat bengkel itu.

Setelah lama menunggu akhirnya mobilnya selesai di perbaiki. Fitri sudah ada di dalam mobil menunggu kakaknya. Sedangkan Arfian dia sedang membayar biaya perbaikan di kantor itu. Si pemilik bengkel meminta Arfian menunggu sebentar karena ada telpon untuknya. Saat si pemilik bengkel pergi tanpa sengaja Arfian melihat sebuah undangan di atas meja. Yang membuatnya syok adalah karena nama itu tak asing baginya. Iapun mengambil undangan itu dari meja untuk menyakinkannya. Nama itu adalah namanya. Clara akan menikah? Ia berharap gadis yang akan menikah bukan Clara Anjani yang dikenalnya dan dicarinya.

“Om mobilku sudah selesai katanya” kata seorang gadis yang tiba-tiba masuk. Suara ini benar-benar sudah gak asing lagi bagi Arfian. Sebuah suara yang sangat dirindukannya. Tapi Arfian takut berbalik dan mempercayainya. Takut bahwa gadis yang mengatakannya adalah Clara, Clara Anjani yang disukainya. Dan dia takut mempercayai kenyataan bahwa Clara akan segera menikah. Tapi dia harus berani menghadapinya.

Si pemilik bengkel masuk. Dan Clara minta maaf karena salah mengenali orang. Dan Arfian berbalik untuk meyakinkan hatinya. Mereka berdua terkejut. Seketika itu juga, Arfian menjatuhkan undangan pernikahan itu. Seolah-olah waktu berhenti. Mereka berdua sama-sama diam dan terpaku dengan pikiran yang berbeda. 

7 Hari Menjelang Pernikahan

Bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar