Best Friend Never End
Arfian mengambil luggagenya dan berjalan
keluar ke bandara. Sementara tanpa disadarinya di depan pintu keluar sebelahnya
berdiri Clara yang menunggu Shelly. Mereka berdua sama sekali tidak sadar siapa
orang yang berdiri di sebelahnya.
Ada seorang anak kecil yang menjatuhkan
mainannya di jalan. Clara yang melihatnya, reflek pergi untuk mengambil dan
mengembalikan mainan itu. Saat Clara pergi, Arfian baru sadar bahwa seseorang
yang di sebelahnya terasa tak asing bagi dia. Saat dia berusaha memanggil dan
mengejar orang itu, kekecewaanlah yang harus dia terima. Ternyata bukan orang
itu yang dia cari. Arfian hanya meminta maaf pada orang itu karena salah
mengenali orang.
Di tengah kekecewaanya itu, tiba-tiba
Handphonenya berdering. Fitrilah yang menelponnya. Dia menanyakan Arfian ada
dimana, kenapa dia tidak melihatnya. Arfian menyuruh Fitri menunggu disana, dia
akan segera datang.
Begitu melihat Arfian, Fitri langsung
menggandeng tangannya. Dan mengatakan kalau Ia sangat merindukan kakaknya. Ayah
dan ibunya menunggu mereka di rumah dan tak sabar untuk segera bertemu dengan
kakaknya Lalu mereka berjalan pergi meninggalkan bandara.
Sebenarnya Arfian gak salah mengenali
orang. Hanya saja orang yang dikejarnya umur, model rambut dan baju yang
dipakai sekilas mirip apa yang dikenakan Clara di bandara. Tak jauh dari tempat
Arfian berdiri, Ibu dari anak yang
menjatuhkan mainannya mengucapkan terima kasih pada Clara karena telah mengembalikan
mainan anaknya. Dan pada saat Handphone Arfian berdering dan dia mengangkatnya,
Clara mengenal suara itu. Suara orang yang sangat berjalan pergi
meninggalkannya. Tapi, Clara menepis pikiran itu, pikiran bahwa orang itu
adalah Arfian. Clara merasa lelah dan capek karena berulang-ulang kali dia
salah mengenali orang. Dan dia tidak ingin merasa kecewa lagi.
FLASHBACK
Clara dan ibunya sedang berbelanja di
butik. Mereka berniat untuk membeli baju. Saat itu dia melihat sesosok cowok
mirip Arfian. Dia tak melihat wajahnya, yang dia lihat hanya punggungnya saja.
Cowok itu sedang membayar baju yang dibelinya. Setelah membayar baju yang
dibelinya, cowok itu pergi. Tak ingin kehilangan jejaknya, Clara mengejar cowok itu tapi dia
sama sekali tak bisa mengejar cowok itu.
Clara menemani Raditya ke pesta
pernikahan temannya. Dalam pesta pernikahan itu diharuskan memakai pakaian
putih karena tema yang diambil dari sang mempelai adalah white wedding party. Clara menyukai tema itu, Ia mengatakan pada
Raditya supaya nanti jika mereka menikah mereka menggunakan konsep seperti itu.
Raditya hanya tersenyum dan mengizakan. Clara merasa haus dan meninggalkan
Raditya ngobrol dengan temannya. Saat mengambil minum, lagi-lagi dia melihat
sosok Arfian. Tapi saat dia mencari sosok itu, Arfian sama sekali tidak ada.
Raditya yang bingung karena Clara pergi terlalu lama mencarinya. Raditya bingung melihat Clara. Lalu dia
bertanya apa yang terjadi. Clara hanya menjawab, Aku rasa tadi Aku melihat
orang yang aku kenal tapi ternyata Aku salah orang. Saat Raditya bertanya siapa
orang itu , Clara hanya menjawab dia adalah temanku saat SMA.
Hari ini Raditya gak bisa menjemput
Clara karena ada meeting di kantor. Sementara mobil Clara masih berada di
bengkel. Clara hendak pulang dengan naik taksi tapi sayang taksi tak kunjung datang. Karena sudah
terlalu sore akhirnya dia naik bus dan berdesak-desakan dengan banyak orang.
Saat berdesak-desakan itu tanpa sengaja dia melihat Arfian. Kali ini
benar-benar Arfian, Clara terpaku menatap wajah itu. Tapi Arfian tidak
menyadari kehadiran Clara. Clara memanggil-manggil Arfian, tapi karena ramainya
orang Arfian tidak mendengar suara panggilan Clara. Tiba-tiba bus berhenti. Dan
Arfian turun dari bus. Clara juga ingin turun, tapi sayang bus telah melaju
lagi. Clara berusaha menghentikan bus itu agar bisa bertemu dengan Arfian. Dia
berteriak pada sang supir agar bus berhenti. Buspun berhenti. Clara langsung
turun dan berlari ke tempat dimana Arfian turun. Tapi saat sampai disana, sosok
Arfian lagi-lagi tidak ada. Dia hanya bisa menangis karena lagi- lagi dia tak
bisa bertemu dengan Arfian.
Clara pergi ke perpustakaan kota. Saat
dia sedang melihat-lihat buku, dia seolah-olah mendengar suara Arfian yang
sedang mengobrol dengan seorang perempuan. Dia menelusuri semua koridor dan rak
buku, tapi orang yang dia cari tidak ketemu. Kekecewaanlah yang dia terima. Mungkin
semua ini terjadi karena dia terlalu berharap bisa bertemu Arfian lagi.
Sehingga suara dan wajahnya menjadi ada dimana-mana.
FLASHBACK END
Suara seseorang membuyarkan lamunannya.
Shelly memanggilnya. Clara merasa sangat bahagia sekali bisa melihat wajah
sahabat yang sangat dirindukannya. Tak lupa Ia menyapa Nanda dan mengenalkan
diri sebagai sahabat Shelly. Clara mengatakan
terakhir kali melihat Nanda adalah pada saat Nanda berumur 2tahun. Nanda pasti
gak ingat karena waktu itu dia masih sangat kecil, Nanda tersenyum melihat
Clara dan mengatakan kalau mamanya sudah cerita banyak tentang tante. Tante
adalah teman mama yang menemani mama di waktu tersulit. Jika sudah besar Nanda
ingin menjadi seperti Clara. Dan tiba-tiba terdengar bunyi suara perut yang
keroncongan. Dengan polosnya Nanda mengatakan bahwa itu suara perutnya yang
merasa lapar. Clara dan Shelly hanya tersenyum.
***
Clara, Shelly, dan Nanda ada di sebuah
restoran. Clara menanyakan gimana kabar Shelly. Mengapa sejak 1tahun yang lalu
tidak pernah memberi kabar padanya. Taukah dia, kalau Clara sangat
menghwatirkan dia. Shelly meminta maaf, dia terlalu sibuk dengan pekerjaanya
ditambah dia juga harus merawat Nanda seorang diri. Dan tak lupa, Shelly
mengucapkan selamat pada Clara yang sebentar lagi akan menikah.
Ini adalah pertemuan pertama mereka
sejak 5tahun yang lalu. Sebenarnya 1tahun yang lalu Shelly dan Nanda pulang di
Indonesia. Hal ini dikarenakan ayah Shelly meninggal karena serangan jantung.
Waktu itu Clara gak bisa datang dan bertemu dengan Shelly karena dia sedang ada
di Singapura untuk urusan bisnis. Clara mengatakan bahwa tunangannya Raditya datang, apakah
Shelly sempat bertemu dengannya di pemakaman. Shelly mengatakan tidak karena
dia terlalu berduka saat itu, lagian dia juga belum pernah bertemu dengan calon
suami Clara. Saat mengatakan semua itu, tergambar sebuah raut kesedihan di
wajahnya. Mungkin Shelly jadi teringat tentang ayahnya yang sudah meninggal.
Mereka berdua mengenang seperti apa dulu
pertemuan pertama mereka. Dari mereka yang dulunya tidak saling mengenal sampai
menjadi sahabat yang sangat dekat seperti ini.
FLASHBACK
Waktu itu mereka berdua masih menjadi
mahasiswa baru. Shelly yang cantik dan pandai bergaul langsung menjadi
primadona kampus dan sorotan cowok-cowok di kampus mereka, dari itu kakak kelas
sampai cowok-cook seangkatan mereka. Banyak sekali cewek-cewek yang di buat iri
sama Shelly. Hal itu berbanding terbalik dengan Clara. Walaupun Clara cantik,
tapi dia adalah tipe gadis pendiam dan tidak pandai bergaul.
Shelly dan gank-ganknya suka nongkrong
di café dan tempat-tempat keren. Sementara Clara dia suka sekali menghabiskan
waktunya di perpustakaan. Awal perkenalan mereka adalah saat mereka mendapat
tugas kelompok bersama. Waktu itu, Shelly menyuruh Clara mengerjakan tugas itu
sendiri. Saat mereka berdua mengerjakan tugas, Clara sibuk mencari materi dan
membuka buku. Namun, Shelly hanya sibuk berdandan dan merawat kukunya. Saat
Clara menanyakan sesuatu tentang tugas mereka atau sekedar minta pendapat,
jawaban Shelly simple terserah kamu saja, kamu kan pintar dan lebih tau jadi
aku percaya sama kamu.
Saat mereka janjian mengerjakan tugas ,
Shelly sering sekali tidak datang. Jika datang itupun sering terlambat. Dan itu
benar-benar membuat Clara kesal karena menunggu terlalu lama. Dan yang lebih
menjengkelkan adalah alasan keterlambatan dan ketidak datangan Shelly. Entah
itu karena sibuk shopping, pergi ke salon, hangout bareng teman-teman atau
kencan dengan pacarnya.
Clara yang kesabarannya sudah habis
menghadapi kelakuan Shelly, akhirnya memilih untuk tidak mencantumkan nama
Shelly di tugas kelompok mereka. Hal itu mengakibatkan, Shelly mendapat nilai
E. Shelly yang merasa benci dan sebal banget sama Clara, menyuruh
teman-temannya untuk ngerjain Clara habis-habisan.
Penderitaan Clara di
kampuspun di mulai. Shelly gak main-main dengan ucapanya. Ia memulai aksi balas
dendamnya terhadap Clara. Mereka seolah-olah menjadikan Clara sebagai mainan
mereka. Dari mengunci Clara di toilet, membuat malu dia di depan anak-anak,
membuat dia dituduh mencuri di kelas. Dan sampai akhirnya gak ada anak-anak
yang mau dekat dengan dia. Tapi Clara adalah gadis yang tegar dan kuat. Dia mampu
menghadapi semuanya dengan sabar karena dia yakin Allah gak akan ngasih cobaan
jika dia tak mampu menghadapinya. Dan Ia juga gak ingin balas dendam atas semua
perbuatan Shelly padanya. Karena pasti Allah yang akan membalas semua
perbuatannya kepadanya. Ia hanya berdoa semoga Shelly cepat sadar atas semua
perbuatan yang dilakukan kepadanya.
Saat Clara di toilet dia melihat Shelly
sedang muntah-muntah. Dia mengira kalau Shelly sedang sakit. Saat Clara mencoba
membantu Shelly, bukannya mengucapkan terima kasih Shelly malah marah-marah.
Clara hanya bisa bersabar dan mengelus-elus dada.
Tak berapa lama kemudian di kampus
terdengar kabar bahwa Shelly hamil. Clara tak sengaja mendengarnya saat
beberapa cewek membicarakan tentang Shelly. Mereka bergosip kalau Shelly hamil
dan telah menggugurkan kandungannya di rumah sakit pamannya.
“Lo tau gak kalau Shelly hamil?”Tanya
cewek 1
“Shelly yang cantik dan popular itu,
masa? Lo kata siapa? Jangan asal ngomong kalau berita itu bohong lo bisa
dibunuh hidup-hidup ma dia?” sahut cewek 2
“Gue gak bohong, gue denger dari paman
gue. Ceritanya kemarin gue ke rumah sakit buat nemuin paman gue. Terus gue
lihat dia keluar dari ruangan paman gue. Gue iseng-iseng nanya aja ma paman
gue, om siapa sech dia? Paman gue yang gak tau kalau gue 1 kampus ma dia
mengatakan kalau cewek itu hamil dan berniat aborsi”. Papar cewek 1
“Gila ya tu cewek, benar-benar gak
nyangka gue. Udah berbuat dosa, eh malah mau berbuat dosa lagi dengan ngebunuh
janin yang gak bersalah” sahut cewek 3
“Ya mau gimana lagi orang pacarnya gak
mau tanggung jawab” kata cewek 1
“La emang siapa sech bapak dari anak
yang dikandung Shelly?” Tanya cewek 3
“Gue gak tau, lo tau sendiri Shelly itu
berulang kali gonta-ganti pacar. Hari ini jalan ma si A besoknya lagi udah
jalan ma si B” jawab cewek 2
“Kabarnya sech cowoknya gak mau tanggung
jawab dan ngakui kalau bayi itu adalah anaknya” kata cewek 1
“Kasihan banget sech dia”
Setelah mendengar kabar tersebut
Clara menjadi merasa bersalah. Mungkin
ini balasan Allah pada Shelly yang selalu mengerjainya. Apalagi saat Ia melihat
Shelly muntah-muntah di toilet pada waktu itu. Jelas sudah meyakinkan bahwa
Shelly benar-benar hamil. Ia berdoa jika Shelly benar-benar hami, Shelly tidak
melakukan aborsi.
Clara pergi ke toilet. Disana saat dia
membuka pintu dia menemukan shelly yang berlumuran darah dalam keadaan pingsan.
Sepertinya dia berusaha bunuh diri dengan memotong pergelangan tangannya.
Kontan saja Clara langsung berteriak dan meminta pertolongan. Shelly langsung
dilarikan ke rumah sakit untuk menyelamatkan nyawanya. Tak lupa Clara menemani
Shelly pergi ke rumah sakit.
Saat Shelly sudah sadar, Clara
mengatakan untung saja dia menemukan Clara di waktu yang pas. Jika terlambat
sedikit saja dokter mengatakan Shelly bisa kehilangan nyawanya. Bukannya
mengucapkan terima kasih tapi Shelly malah memarahinya. Mengapa Clara harus
menolongnya? Padahal dia sudah sering jahat banget sama Clara. Apakah Clara
tidak ingat semua perlakuan buruk yang dilakukan olehnya? Seharusnya Clara
membiarkan saja dia mati. Dia gak sanggup menanggung rasa malu ini. Tapi dia
juga gak sanggup membunuh anak dalam kandungannya. Dia sudah berbuat dosa dan
tidak ingin menambah dosanya dengan membunuh bayi yang tidak bersalah. Dia
ingin mempertahankan bayinya tapi ayah dari bayinya malah menyuruh untuk
menggugurkan kandungannya.
Shelly berkata Ia terlalu mencintai ayah
dari bayi yang dikandungnya. Namun
ternyata cowok ini juga sama seperti cowok lainnya. Semua sudah diberikan
Shelly kepadanya, termasuk kehormatannya. Tapi dia tidak mau bertanggung jawab.
Bahkan mengakui anak ini sebagai anaknyapun tidak. Dia malah menuduh Shelly
telah tidur dengan cowok lain karena dia dekat dengan banyak cowok. Dan mungkin
sebenarnya ayah kandung dari bayinya adalah satu dari sekian cowok yang dekat
dengannya. Yang lebih menyakitkan lagi adalah tuduhan cowok itu yang menganggap
bahwa Shelly berusaha menjebaknya dalam sebuah hubungan pernikahan. Shelly
meneteskan air matanya saat bercerita mengenai ayah dari bayi yang
dikandungnya.
Ketika kedua orang tuanya mengetahui
bahwa dia hamil, mereka sangat marah. Mereka merasa malu karena mempunyai anak
seperti dirinya. Dan saat dia mengungkapkan ingin mempertahankan bayi dalam
kandungannya, orang tuanya langsung tidak setuju. Mereka juga ingin agar Ia
menggugurkan kandungannya. Kalau tidak mereka tidak ingin mengakuinya lagi
sebagai anaknya. Ia stress karena tekanan dari orang tuanya, makanya Ia ingin
mati saja.
Clara berusaha menghibur Shelly. Dia
menasehati bahwa apa yang dilakukan Shelly itu benar dengan tetap
mempertahankan bayi yang dikandungnya dan tidak melakukan aborsi. Tapi niat
untuk bunuh diri itu salah. Apa dengan kematiannya dia pikir masalah akan
selesai. Jawabannya adalah tidak, justru dengan kematian Clara malah akan
muncul masalah baru. Anggap semua ini sebuah cobaan dan Clara yakin bahwa
Shelly pasti bisa menghadapi semua ini.
Setelah mendengar kabar bahwa Shelly
masuk rumah sakit, orang tuanya langsung datang ke rumah sakit. Mereka
mengucapkan terima kasih kepada Clara karena telah menyelamatkan anak mereka.
Ibu Shelly langsung menangis melihat
keadaan anaknya, Ia tak lupa bersyukur karena Shelly masih hidup. Ayah Shelly
mengaku salah, Selama ini Shelly adalah anak yang begitu dia banggakan dan
sayangi. Tentu dia memberikan apa saja yang diinginkan oleh putrinya. Saat
mengetahui anak kesayangannya hamil di luar nikah, tentu saja dia merasa kecewa
dan malu.
Shelly masih muda dan masa depannya masih panjang. Jika dia melahirkan anaknya tanpa menikah, apakah Shelly pikir
membesarkan seorang anak seorang diri adalah hal yang mudah. Itu sama sekali
tidak mudah. Dan apa kata orang-orang nanti tentang dirinya dan anaknya. Apakah
Shelly tak merasa malu? Iya mungkin Shelly mampu menghadapinya, tapi apakah
anak Shelly nantinya juga akan setegar Shelly menghadapinya. Pikirkanlah ini
baik-baik. Mumpung masih belum terlambat, jika Shelly ingin menggugurkannya.
Ayah Shelly tetap ngotot bahwa Shelly
harus tetap menggugurkan kandungannya. Dia tidak ingin merasa malu karena
anaknya hamil di luar nikah. Jika anaknya tidak mau menggugurkan kandungannya,
dia ingin tau siapa ayah dari bayi yang dikandungnya. Dia akan membuat cowok
itu bertanggung jawab atas semua perbuatannya. Dia akan membuat cowok itu
menikahi anaknya. Tapi Shelly yang sudah terlanjur sakit hati pada kekasihnya
mengatakan bahwa dia sama sekali gak tau siapa ayah dari bayi yang
dikandungnya. Kontan saja hal itu membuat ayah Shelly bertambah marah dan
menampar putrinya. Tapi belum sempat ayahnya menampar Shelly, tangan ibu Shelly
mencegahnya.
Sambil menangis ibu Shelly mengatakan
bahwa dia yang salah. Dia yang terlalu memanjakan Shelly sehingga dia menjadi
seperti ini. Jika ada yang harus disalahkan seharusnya dialah orangnya. Jika
ayahnya ingin menampar putrinya, maka tamparlah dia sebelum sang ayah menampar
putrinya.
Karena perkataan istrinya, ayah Shelly
tidak jadi menamparnya. Ia mengaku kalah, jika memang Shelly ingin melahirkan
anaknya, pergilah ke Amerika. Tinggallah disana bersama tantenya. Ayahnya yang
akan mengurus semua dokumen dan keperluan yang diperlukan untuk kepindahannya
kesana. Shelly mengucapkan terima kasih pada ayahnya karena mengijinkannya
melahirkan anaknya. Ia menangis dan sang ibu memeluknya. Clara yang
melihatnyapun ikut menangis dan tersentuh.
Sebelum keberangkatan ke Amerika Shelly
menjadi sangat dekat dengan Clara. Banyak waktu yang dihabiskan oleh mereka
berdua. Banyak gunjingan-gunjingan yang dilontarkan anak-anak pada Shelly namun
Clara menguatkannya dan menghiburnya. Bahkan saat Shelly ngidam ingin makan
buah kurma, Clara rela mencarikan buah kurma untuknya. Padahal ini bukan musim
buah kurma. Clara mendatangi semua mal yang ada di kota untuk mencari buah
kurma. Saat mendapatkannya Shelly tersenyum senang karena apa yang ingin
dimakannya akhirnya kesampain.
Tak terasa sudah beberapa bulan berlalu
dan usia kandungan Shelly semakin besar. Shelly merasa sedih karena harus
segera berangkat ke Amerika. Serta Ia merasa sangat kehilangan karena berpisah
dengan Clara. Dan hari keberangkatan Shelly ke Amerika pun tiba. Clara
mengantar Shelly ke bandara. Sebelum berpisah mereka berpelukan, dan berjanji
akan tetap saling berhubungan.
Setelah sampai di Amerika bukan kedua
orang tuanya yang diberitau terlebih dahulu, tapi Shelly malah menelpon Clara.
Walaupun jauh mereka masih tetap menepati janji mereka. Shelly dan Clara selalu
bertukar kabar. Tentang Shelly yang melahirkan putri yang cantik dan sehat,
tentang kedekatan mereka dengan cowok, tentang mereka yang berusaha untuk cepat
lulus kuliah dan mendapatkan pekerjaan.
Clara memberitau Shelly kalau liburan
semester ini dia akan ke New York, Amerika. Tentu saja hal itu membuat Shelly senang.
Di bandara Shelly menjemput Clara. Shelly mengajak Clara berkeliling dan
mengunjungi banyak tempat. Mereka makan dan mengunjungi semua tempat yang
diceritakan Shelly melalui e-mail. Mereka berdua terlihat bahagia dan itulah
pertemuan terakhir mereka.
FLASHBACK END
Clara mengantar Shelly dan Nanda pulang
ke rumahnya. Di rumahnya kedatangan Shelly dan putrinya disambut baik oleh
ibunya. Ibunya langsung menanyakan gimana kabar Shelly dan anaknya. Dan
terjadilah perbincangan antara ibu dan anak yang ingin melepas kerinduan. Clara
yang merasa tidak enak karena akan
mengganggu kebersamaan mereka, meminta undur diri. Tapi Ibu Shelly
menyuruh Clara untuk makan malam bersama mereka. Clara meminta maaf, karena dia
gak bisa bergabung bersama mereka. Dia harus ke bengkel untuk mengambil
mobilnya yang sudah selesai di perbaiki. Terlihat raut wajah sedih di muka
Shelly memandang kepergian Clara dari rumahnya. Mungkin dia kecewa karena Clara
tidak bisa ikut makan malam bersama mereka.
***
Fitri mengajak Arfian makan dulu sebelum
pulang ke rumah mereka. Dia merasa lapar karena sedari tadi dia menunggu Arfian
di bandara. Arfian yang baik hati mengiyakan saja permintaan adiknya, walaupun
sebenarnya dia pengen cepat pulang dan beristirahat.
Hal buruk tiba-tiba terjadi, mobil
mereka mogok dalam perjalanan. Sehingga mau tak mau mereka harus mencari
bengkel terdekat untuk memperbaiki mobil mereka. Beruntung tidak jauh dari sana
ada sebuah bengkel. Sambil menunggu mobil diperbaiki, Arfian menyuruh Fitri
untuk makan dulu. Karena Ia tak mau dimarahi ibunya gara-gara membuat adiknya
kelaparan karena menunggunya.
Fitri mau makan asalkan kakaknya juga
mau menemaninya, soalnya dia tidak suka makan sendiri. Bukannya kakaknya tau
kebiasaannya. Mereka makan di sebuah warung makan di dekat bengkel itu.
Setelah lama menunggu akhirnya mobilnya
selesai di perbaiki. Fitri sudah ada di dalam mobil menunggu kakaknya.
Sedangkan Arfian dia sedang membayar biaya perbaikan di kantor itu. Si pemilik
bengkel meminta Arfian menunggu sebentar karena ada telpon untuknya. Saat si
pemilik bengkel pergi tanpa sengaja Arfian melihat sebuah undangan di atas
meja. Yang membuatnya syok adalah karena nama itu tak asing baginya. Iapun mengambil
undangan itu dari meja untuk menyakinkannya. Nama itu adalah namanya. Clara
akan menikah? Ia berharap gadis yang akan menikah bukan Clara Anjani yang
dikenalnya dan dicarinya.
“Om mobilku sudah selesai katanya” kata
seorang gadis yang tiba-tiba masuk. Suara ini benar-benar sudah gak asing lagi
bagi Arfian. Sebuah suara yang sangat dirindukannya. Tapi Arfian takut berbalik
dan mempercayainya. Takut bahwa gadis yang mengatakannya adalah Clara, Clara
Anjani yang disukainya. Dan dia takut mempercayai kenyataan bahwa Clara akan
segera menikah. Tapi dia harus berani menghadapinya.
Si pemilik bengkel masuk. Dan Clara minta maaf karena salah
mengenali orang. Dan Arfian berbalik untuk meyakinkan hatinya. Mereka berdua
terkejut. Seketika itu juga, Arfian menjatuhkan undangan pernikahan itu.
Seolah-olah waktu berhenti. Mereka berdua sama-sama diam dan terpaku dengan
pikiran yang berbeda.
7 Hari Menjelang Pernikahan
Bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar